di hari-hari berikutnya,laptop kekasih lelaki itu semakin banyak melahirkan kata-kata yang di bungkus,menjadi cerita-cerita baru, buah dari benih yang terkandung dari dalam kepal laki-laki itu. Si laki laki semakin betah duduk berlama-lama bercengkraman bersama laptop di meja kerjanya.
Setiap pagi ia keluar rumah membawa sebungkus cerita dalam mendatangi kantor koran dan penerbit di kotanya.Satu dua menolak,tapi tiga empat menerima.Terus begitu.Ada yang di tolak tidak ia buang,di simpan-nya beberapa waktu yang lalu di matangkan kembali,di rahim laptop kekasih-nya.Di lain waktu kata-kata itu ia jual kembali ke kantor koran atu penerbit,di kota lain. rupanya, tak ada kata-kata yang
terbuang sia-sia.Semuanya mengandung makna dan menjanjikan kehidupan yang baru untuk-nya.
Tapi,tahu yang terus berjalan membuat tubuh laptop kekasih lelaki itu semakin rapuh.Tak jarang laptop itu jatuh sakit.Semula hanya sekali setahun,tahun berikut-nya dua-tiga kali setahun.berikutnya lagi hampir setiap bualan kekasih-nya itu jatuh sakit dan si lelaki setia merawat-nya,serta membawanya ke rumah sakit,yang khusus menangani penyakit laptop. Laptop itu merasa terharu menyaksikan lelaki kekasihnya yang tetap setia dalam suka dan duka bersamanya.
“kalau lelaki yang baik,” kata laptop itu,di pangkuan lelaki kekasihnya.
“kalau juga
baik.Aku tak bias menjawab tanpa-mu,”
Jawab lelaki itu.
“jangan kau
berkata begitu,kelak ,tanpa aku,kau harus menanamkan benih kata-kata yang
baru,”
“Tidak,aku hanya ingin hidup bersamamu,kaulah yang akan
melahirkan kata-kata itu.”
“Ya,aku juga
demikian.Tapi hidup ada awal da nada akhir..”
Lelaki itu diam
sembari memeluk tubuh laptop kekasihnya.Sesekali terdengar suara batu laptop
itu.
Dalam kondisi yang mulai Sakit-sakitan,laptop itu masih
setia mengandung,kata-kata yang keluar dari kepala lelaki
kekasihnya.Kadang,lelaki itu tak tega terus menerus berbuat demikian dan mulai
mengatur jarak hubungannya dengan laptop itu.Tapi perbuatannya malah membuat
laptop itu bersedih dan makin sakit.
“Jangan kau
perlakukan aku seperti ini.Aku akui akutidak muda lagi,tapi aku masih
dapat mengandung dan memberi buah
kata-kata terbaik untuk mu,” protes laptop itu suatu hari.
“Aku kasihan
kepadamu.Aku telah membuat kau menderita.”
“Tidak,aku malah bahagia.Aku menderita jika kau diamkan aku
seperti ini.Aku tersiksa,”
Ujur laptop itu
lagi.Ia mulai menangis,terisak-isak.
Lelaki itu jadi
merasa bersalah,ia tak bias melihat kekasihnya menangis.
“Oh,Maafkan
aku.Aku tak bermaksud membuatmu bersedih..”
“Kau jahat!.”
Dari hari ke hari,sakit laptop itu bertambah parah,lelaki
itu tetpan setia merawatnya dan membawanya ke rumah sakit,dan mengeluarkan
banyak uang untuk mengobatinya.
Di saat-saat sakitnya ,Laptop itu masih juga menghadiahkan
cerita-cerita baru kepada lelaki itu dan meminta lelaki itu tetap menumpahkan
benih kata-kata di kepalanya ke tubuh laptop itu.
“Kau butuh uang
untuk merawatku.Jadi kau jangan bosan membuahi aku dengan kata-kata yang baru,”
Kata laptop kepada lelaki itu.
“Kau harus
istirahat.Jangan pikirkan itu..”
“Tidak.Aku ingin tetap berbakti kepadamu.”
“Buktimu telah
banyak.Biarkan aku merawatmu Sampai kau benar-benar pulih kembali.”
Perdebatan argument antara lelaki dan laptop itu tidak juga
berakhir.Dengan kesulitan kondisi masing-masing,tetap ingin memberikan yang
terbaik,tapi waktu juga mengahiri,segala cerita.Laptop itu tidak mampu lagi
menahan sakitnya yang semakin parah.
Dan,setelah
berjuang dengan maut,akhirnya laptop itu menghembuskan nafasnya yang
terakhir,di hadapan lelaki kekasih hatinya.
Lelaki itu tak kuat menanggung perasaan
sedih yang teramat dalam lantaran banyak kenangna yang ia lalui bersama laptop
yang setia itu.Siang malam,pagi petang ia lalui dalam suka dan duka.Dan, hari
itu,ketika mendung menggantung hendak menempuhkan hujan,kekasih yang telah
banyak melahirkan kata-kata cinta untuknya,Harus pergi selama-lamanya.
Innalillahi wa’inna ilaihi rooji’un..
Benarlah,taka da yang abadi di dunia ini.Semua fana,tak
terkecuaki hubungan kekasih antara seseorang lelaki kepada laptop belahan
jiwanya itu. Harus bercerai karena maut.
Di saat
detik-detik perpisahan yang teramat sedih,masih terngiang di telinga lelaki
itu, “Sepeninggalku nanti,Janganlah kau hidup menyendiri,carilah yang lain,yang
lebih mencintaimu,seperti kau mencintai aku..”
Duhai,hatinya
terenyuh mengenang kata-kata kekasihnya itu,bukan tak ingin ia beralih kelain
hati,membangun mahliga kehidupan yang baru.Sangat ingin sekali,tetapi yang
menjadi beban pikiranya,kemana hendak mencari
uang jemputan, untuk meminang laptop baru. AH, matanya berkunang-kunang.
0 komentar:
Post a Comment
Komentarlah Dengan kata-kata yang sopan