Di sebuah rumah hiduplah sebuah keluarga bapak Ruslan dan istrinya bernama Faridatul dan dia mempunyai anak yang bernama bujang sekilan.
Ruslan adalah seorang penelayan mencari ikan
Bujang sekilan adalah anak yang pemalas,di suruh sekolah dia tidak mau,ajak kerja dia juga tidak mau,kerjaan dia se hari-hari hanya bermain-bermain dan bermain.
Bukan hanya suka,mencuri,bermain,bujang sekilan juga suka mengganggu anak-anak hingga anak-anak menangis.
Seringkali ayah-nya menasehatinya,tapi bujang sekilan,tidak perduli.
memang bujang sekilan seperti orang gila,tapi dia tidak gila.
Semua orang di kampung itu benci sama bujang sekilan,dan ayahnya pun hampir putus asa untuk menasehatinya.
kejadian sekali lagi,dan di nasehati lagi
ternyata masih juga perlakuan bujang sekilan seperti itu,tak ada robahnya,malahan bertambah parah.
Sampai-sampai ayah bujang sekilan berjanji kepada masyarakat kampung itu.
apabila bujang sekilan melakukan kesalahan lagi,saya selaku ayah-nya,"mau kalian apain anak itu,terserah kalian,aku sudah berusaha mendidik dia menjadi anak yang baik,tapi dia acuh saja"
ternyata terus menerus perlakuan bujang sekilan tetap seperti itu,tak ada robah-nya.
Ayahnya pun putus asa,lalu ayah bujang sekilan mengajak bujang sekilan untuk mencari ikan di sungai,setelah sampai di sungai,ayah bujang sekilan memasang jaring ikan di sungai yang banyak terdapat kayu-kayu agar jaring ikan tersebut nyangkut,dan sungai itu pun ada penghuni-nya,yaitu buaya.
Setelah 2 jam di pasang ayah bujang sekilan ingin mengangkat jaring itu ke-atas untuk melihat ikan-ikan yang ter perangkap jaring itu.
pas dia mengangkat ke atas,ternyata jaring itu nyangkut,dan ia meminta bujang sekilan untuk menyelaminya,untuk melepaskan jaring yang menyangkut.
Di waktu bujang sekilan masuk ke air itu,berkata di dalam hati
ayah-nya" Maafkan aku nak,terpaksa aku lakukan ini,demi kedamaian
orang,karna ayah tidak mau setiap hari orang bilang ayah adalah orang
yang tidak mampu mendidik anak,Maafkan ayah"
Oh... ternyata ayah bujang sekilan sudah putus asa,dan ia tega ingin membunuh anaknya yang satu-satunya itu.
tapi
ternyata bujang sekilan tidak apa-apa,setelah dia melepaskan jaring
yang menyangkut itu,kelihatan baik-baik aja,tapi ayahnya sudah
memastikan bujang sekilan akan di mansa oleh buaya.
Cara ke dua ayah-nya membawa ia ke hutan yang sangat jauh,sehingga bujang sekilan tidak ingat lagi jalan untuk pulang.
Setelah samapai tujuan,ayah-nya langsung meminta bujang sekilan berdiri
di tempat itu, ayah-nya berkata" Tunggu di sini sebantar ayah ingin
menebang pohon itu sebentar"
Setelah sekian lama
bujang sekilan menunggu,sekitar 1 jam,bujang sekilan tak mendengar suara
tebangan pohon,dan ayah-nya tidak kembali lagi ketempat bujang sekilan
menunggu.
Masuk ke 2 jam bujang sekilan menunggu,tidak ada juga ayah-nya kembali.
Ahirnya bujang sekilan sadar,bahwa dia sudah di tinggalkan.
Bujang sekilan langsung menangis,menjatuhkan air mata.
dan ia mencoba mencari jalan untuk pulang,ternyata malah membuat dia tersesat di hutan.
Ayah bujang sekilan pun telah sampai ke rumah,dan ibunya bertanya,pak"
bujang sekilan mana? kog tidak pulang bersama bapak?"
Ayah bujang sekilan menjawab" aku kira dia telah pulang duluan tadi buk!"
Ibu bujang sekilan mulai curiga,biasa-nya bujang sekilan jarang mau
pulang duluan,setiap ia pergi selalu pulang bersama,kog sekarang tidak
1 bulan kemudian rahasia itu terungkap.
ternyata ayah bujang sekilan telah meninggal bujang sekilan di tengah hutan yang sangat jau. sampai saat ini belum tau kabar si bujang sekilan.
Sekian
mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan,dan susunan dari cerita ini.
Jangan lupa mampir ke sini lagi sob,cerita ini terus bersambung
yiah bersambung, cepetan di update yia bos, penasaran nih...
ReplyDeletehahaha kayak flim aja ya! :)
ReplyDeleteoh ya,bacanya samapai ke halaman ke dua ya?
boleh aku tanya ga?