Cerpen Satu Jam di Bandara Heathrow | batang asai

Cerpen Satu Jam di Bandara Heathrow

Written By batang asai in future on Friday, 7 February 2014 | 02:12



Dari manakah salju itu berasal? Ada yang mengatakan itu adalah lambang kesedihan puteri salju ketika menikah dengan pangeran angin yang terjadi pada musim dingin. Para ahli berpendapat kalau salju adalah uap air yang berada di udara, ketika suhu sangat dingin maka akan berubah menjadi salju.
Butiran lembut itu terus turun, menempel di semua tempat, jalanan, badan pesawat, saku, selokan, dedaunan, ransel dan atap rumah. Semuanya putih, itulah pemandangan yang aku lihat pertama kali menginjak kota ini, pada bulan januari. Bulannya musim dingin.
Semula aku menganggap London adalah kota indah, kota metropolitan dengan segenap kemewahannya. Namun satu jam kedatanganku di sini persepsiku salah, aku melihat ribuan malaikat maut sedang mengintai, di halte bandara, di jalanan, di pinggir sungai bahkan di menara jam yang terkenal megah itu. yang senantiasa akan menunggu tubuhku lengah menjaga rasa dingin yang kelwatan ini. Kalau saja malaikatku terlambat datang, malaikat maut pasti akan berpesta pora setelah menghabiskanku dengan ganasnya. Satu jam malaikat itu terus mengawasi gerak-gerikku, memperhatikan kelengahanku. Nyaris, kota ini menjadi kenangan terburuk sebelum kematianku.
Tubuhku  menggigil hebat, udara dingin menggigit sampai ke tulang. Saat baru keluar dari pintu pesawat, udara dingin menusuk wajahku dan menjilat bagian tubuh manapun yang tidak tertutup pakaian. Butiran-butiran putih itu terus menghujani Bandar Udara Internasional London, Heathrow di Hillingdon, London Barat. Bandara yang dijuluki bandara tersibuk di dunia ini tetap beroperasi Meskipun hujan salju terus menerus turun. Ratusan pesawat berjejer di lima terminal Bandara ini.
Desakan orang bergerombolan di pintu kedatangan membuat napasku sesak. Semuanya sibuk untuk segera keluar dari kepungan udara dingin, ke dalam taksi, ke mobil jemputan, ke dalam kantor maskapai atau ke mana saja tempat yang ada penghangatnya. Lolongan mesin jet terus menerus terdengar tanpa hentinya bagaikan teriakan serigala yang kehausan darah. Tidak ada satupun yang menarik perhatianku. Aku hanya fokus pada satu hal, yaitu rasa dingin yang sangat menyiksa. Dari informasi yang saya dapatkan di Bandara, suhu mencapai -10 C. Apa tidak gila!. tubuhku sudah seperti mayat, nyaris tak satupun yang terlihat, hanya mata, itupun aku tutup dengan menggunakan kaca mata hitam.
Selama di Padang aku tidak pernah merasakan gigitan udara sedingin ini. ini sudah melewati batas Homeostatis—Batas daya tahan tubuh manusia dengan suhu yaitu kisaran antara 250C-410C –  aku kahawatir tubuhku takkan bisa mengatasinya.
Kota London begitu marah denganku, aku tak ubahnya seperti mahasiswa baru yang baru saja masuk ke perguruan tinggi. orang-orang bilang itu namanya Ospek. Ya aku sekarang sedang kena ospek oleh udara London yang kejam.
Mataku terus berkeliaran mencari di mana temanku, yang katanya telah menungguku sore ini, jam 15:00  aku mondar-mandir mencari sosok yang kukenal itu. ia telah berjanji menunggu tepat di tiang tengah ruang tunggu. Namun di sini banyak sekali tiang tunggu. Hampir semua tiang telah aku periksa tetapi tak satupun kutemukan makhluk aneh, teman setiaku dulu. Namanya Anggi Nugraha. 
 Tak terasa air mataku menetes melewati sudut mataku. Aku teringat ibu, enah kenapa adegan saat aku membantah perkataan ibu terputar kembali dalam memori yang pernah kusimpan. Selama ini, walaupun aku tidak sampai sejahat Malin Kundang, tapi aku tidak terlalu peduli dengan ibu, kadang aku ngomel di belakang saat di suruh sesuatu. Aku juga sering tidak sholat akhir-akhir ini, apalagi setelah aku tamat SMA, hidupku bebas dan jarang pulang kerumah. Untung aku masih sempat bekerja dan menyisihkan uang untuk ongkos ke London. Aku hanya mengharapkan uluran tangan dari Anggi.
Aku berjanji dalam hatiku jika aku selamat dari maut ini aku akan berubah menjadi orang baik. aku ingin mempperbaiki semuanya. Namun apakah aku masih diberikan kesempatan untuk membenahi diri. Apakah masih ada waktu untukku. Apakah ini peringatan dari Allah atau sekarang paling lambat malam nanti aku telah mati kedinginan. Aku membaca hafalan yang masihku ingat waktu mengaji Al-Quran, hanya beberapa ayat saja yang masih hafal.
Mataku terpejam, di sebuah kursi tunggu. Seluruh tubuhku diselimuti oleh pakaian. Tak ada yang tahu denganku. Telah satu jam aku tertahan di sini. Satu jam didera oleh kedinginan yang sangat dahsyat. Dalam tidurku, aku merasa ada tangan halus yang membelai punggungku, aku hanya berharap inilah malaikat yang sengaja dikirim oleh Allah untukku.
“ Anggi!” Langsung aku peluk sahabatku itu. Harusnya aku marah, karena sudah satu jam aku menunggunya. Hampir saja aku mati membeku di sini. Namun, aku tidak bisa karena rasa rinduku lebih besar dari pada kebencianku.
“ Herman!” Anggi setengah berteriak, kami seolah sedang mengulang masa sekolah dulu. dialah sahabatku. Namun sekarang ia telah berubah status menjadi mahasiswa universitas berkelas Internasional seperti Cambridge. Aku tidak bisa marah padanya, bukan karena ia mahasiswa universitas itu. tapi karena aku yakin ada alasan yang jelas.
“ kamu tahu Anggi! Aku hampir mati kedinginan selama satu jam aku menunggumu. Ke mana saja kamu. Apakah kamu terlambat karena melihat burung pipit?” Aku berbicara santai sambil memancing tawanya. Namun hatiku sungguh kesal tapi aku tidak bisa marah, ya aku ingat karena aku menganggap kalau Anggi ini adalah saudaraku.
“ Sekarang jam berapa. Kamu bilang lewat telepon kemarin kamu berangkat jam 20:00, jadi waktu itu di London jam 2:00 pagi, jadi jika waktu penerbangannya 13 jam maka kamu akan sampai di sini jam empat sore ya kan!”
“ Tapi yang kamu hitung itukan waktu Indonesia.”
“ Astaghfirullah! Aku baru ingat waktu itu kamu di Malaysia! Pantas aku telat satu jam. Maafkan aku Herman!”
Kami berdua tertawa sejadi-jadinya. Kami sekarang adalah korban keganasan waktu. Gara-gara waktu, aku hampir saja mati membeku di kota Ratu Elizabeth ini. kami tidak peduli orang memandang aneh kami, dua orang berwajah Asia tenggara tertawa cengengesan di negaranya.
“ Percuma saja kamu kuliah di Cambridge, ngitung itu saja kamu tidak becus!” aku tertawa lagi, sekarang aku telah memukul telak sahabatku ini.
“ Kamu juga tidak bilang kalau kamu sedang di Malaysia waktu kamu menelponku, sih.”
“ Pokoknya kamu harus tebus kesalahanmu. Aku mau dilayani seperti pangeran William, aku ingin kamu menjadi pelayanku selama tiga hari. Aku ingin menjadi pengeran di negerinya pangeran ini.”
“ Terserah kamu lah. Mana ada raja pengangguran seperti kamu!”
Tawa kami pecah. Sudah setahun kami tidak bercanda seperti ini, taksi yang kami tumpangi membelah jalanan kota London. Untuk mencapai apartment Anggi kami harus naik kareta underground, yang merupakan kareta pertama di dunia. Kami terus bercanda sepanjang perjalanan bahkan sampai di apartment. Rasanya kisah persahabatan di kaki Gunung Singgalang masih menyimpan sejuta keindahan. Walaupun sekarang kami tengah menyaksikan kota metropolitan raksasa dengan segenap kemewahannya. Kami berdua kembali merangkai mimpi-mimpi yang telah sama-sama kami janjikan dulu.

Aku ingat Anggi adalah makhluk karet yang pernah aku kenal, dulu ketika sekolah SMA di kaki Gunung Singgalang, dia selalu datang terlambat, sehingga ia terkenal dengan julukan Pak Siput. Padahal jalannya tidak lamban seperti siput bahkan ia pernah mendapat juara lomba lari. Aku tahu penyebab ia terlambat,setiap pagi ia memperhatikan kawanan burung pipit yang terbang dari atas pohon pinang di pinggir kali. Setiap pagi ia selalu pergi dengan disiplin. Burung pipit selalu bertelur dengan disiplin dan tidak pernah ia datang terlambat . Bahkan karena seringnya ia memperhatikan burung pipit di kaki bukit ini ia sampai tahu kapan burung itu akan bertelur lagi, kapan burung pipit akan menetas, kapan mencari makan. Setelah aku tahu hobinya mengamati burung-burung itu maka aku sarankan ia untuk masuk jurusan Biologi. Sekarang ia telah mesuk ke jurusan biologi di Cambridge University.Namun apakah masih ada burung pipit di sini? Apakah kota semegah London banyak beterbangan burung pipit yang menjadi spesies kebanggaan di desa kami?.apakah masih ada sifat tidak disiplin dalam diri Anggi? Atau ia sudah lupa denganku? Yang 13 jam lalu aku telepon sebelum masuk pesawat.
Ribuan pertanyaan membuncah di dalam benakku, terus menerus menyandera pikiranku. Jika tidak ada Anggi aku akan menjadi gelandangan di kota ini, berjalan di pinggir jalan yang dingin, jika malam hari bisa hipotemia—kedinginan yang tidak terkendali— dan seluruh darahku membeku. Dan aku mati mengenaskan di sudut kota ini tanpa seorangpun tahu dari mana asalku. Dan besoknya koran menaruh berita tentang diriku di pojok halamannya. Tak penting sama sekali bagi orang, atau aku mati kemudian dilempar seperti sampah oleh orang Inggris ke Samudera Atlantik. Selat yang maha ganas, di sana aku dimakan kawanan ikan yang kelaparan dan arwahku gentayangan bersama dengan arwah-arwah korban kapal Titanic.
Namun aku tetap yakin pada Anggi dia adalah sahabat terbaik yang pernah kupunya saat kami SMA bagaimana mungkin ia lupa denganku, dulu kami adalah teman baik, kami pernah mendaki Gunung Singgalang berdua. Mencari burung ke dalam hutan di lereng gunung, bahkan aku pernak menolongnya ketika hampir jatuh masuk ke jurang di kaki gunung waktu kami mencari ikan di sungai. Kami berdua sudah seperti saudara kandung, bahkan lebih karena Anggi tidak pernah akur dengan saudara kandungnya, tetapi denganku ia begitu akrab.
Semua kenangan itu teringat. Tubuhku sekarang kembali menggigil hebat. Aku harus terus bergerak, berlari dan melompat di antara ribuan orang yang berlalu lalang. Bahkan aku berusaha berlari sambil menenteng koper besar, aku tak peduli. Aku harus terus bergerak agar darahku tidak membeku.
Setengah jam berlalu, aku harus segera bertemu dengan Anggi. Aku ingin beristirahat di apartementnya atau tempat apapun yang penting ada penghangat ruangannya. Hanya itu. tapi kemanakah Angg?i kenapa sudah setengah jam aku menunggu ia belum datang juga?
Melihat orang yang sedang menelpon tiba-tiba aku ingat HP, siapa tahu ini bisa membantuku. Ketika layarnya menyala terang tenyata tak sepotong sinyalpun yang aku lihat. Aku baru ingat mana berlaku kartu GSM Malaysia, di London. Aku memang transit dulu ke Kuala Lumpur karena tidak ada penerbangan dari Padang ke London. Ingin kubanting, segera aku urungkan. Aku ingin bertanya kepada orang yang berlalu lalang di mana ada orang yang menjual kartu perdana. Tapi tak ada satupun yang bisa menunjukkan tempatnya, karena memang tidak ada tempat penjualan kartu ataupun pulsa di sekitar bandara.
Penderitaanku memuncak saat udara semakin menurun, sekarang menjadi -30C.  Peningkatan suhu di akibatkan peningkatan  jumlah salju yang jatuh dari langit. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kemampuan bahasa inggrisku juga tidak terlalu baik, aku hanya tamatan SMA yang tergiur dengan Anggi yang telah sukses kuliah di sini. Ia bekerja part time disebuah toko. Aku benar-benar ingin seperti dia. Makanya ketika ia menelpon ke HPku, aku langsung menyampaikan keinginanku untuk melanjutkan kuliahku. Satu tahun jadi pengangguran telah membuatku menjadi makhluk nekad. Aku nekad melompati puluhan Negara untuk sampai di sini. Perjalanan yang memakan waktu 13 jam penerbangan, mengingatkan aku betapa jauhnya tempat ini. di sini aku tidak punya siapa-siapa, hanya Anggi. Dialah satu-satunya harapanku. Jika ia tidak ada aku tidak bisa membayangkan betapa menderitanya aku. Ditelan oleh musim dingin yang kejam di bulan Januari ini.
Sudah empat puluh menit aku menunggu di sini, sekarang untuk bergerakpun aku nyaris tidak bisa lagi. Seluruh selimut tebal yang aku bawa dari kampung aku bongkar dari koper, dengan harapan bisa mengusir rasa dingin ini. hujan salju terus turun, hari semakin sore, udara semakin dingin. Jika sampai malam Anggi tidak datang aku khawatir dengan keselamatanku. Perkiraan suaca malam ini mencapai -70C. Jika Anggi tidak datang,  aku benar-benar akan jadi bangkai di sini.


LIHAT SEMUA 



Blog, Updated at: 02:12

0 komentar:

Post a Comment

Komentarlah Dengan kata-kata yang sopan

Klik Dan Subscriber Youtube Admin
×

Baca Berita